Jumat, 05 April 2019

Pandangan Pramuka Dalam Sistem Pendidikan


Pandangan Pramuka Dalam Sistem Pendidikan
Oleh : Sihabudin Aktivis
Dalam Kepramukaan sering terdengar bahwa pramuka itu hanya kegiatan biasa yang didalamnhya berisikan permainan dan tantangan yang cukup seru, bagi anak – anak tingkat siaga - penggalang mereka banyak beranggapan bahwa pramuka ini seru sekali apalagi saat mereka dihadapkan dengan kegiatan seperti Latihan gabungan atau kunjungan kesuatu tempat dan yang paling sering kita dengar yaitu wide game.
                Ya benar sekali kalau kegiatan ini memang sangat menarik minat, untuk anak – anak.
Kadang disela – sela kegiatan ada saja anak – anak yang tidak mau ikut atau terbawa temannya, disini ada banyak argument tentang minat, minat sebagai tolak ukur kita melihat dimana naluri seseorang bagaiman hasratnya akan berlabu, kitasemua setuju tentang hal itu.
                Disini sering kita dengar tentang hasut dari teman sebangkunya, yang mana ia bilang “jangan pramuka karena ini itu”, kita tahu asal kata itu berawal dari keadaan yang dapat ia lihat saat pertama ia mengenal pramuka atau baru hanya mendengar dan begitu cepat ia menyimpulkan. Nah disini bisa kita nilai bagaimana keadaan itu akan kita kurangi, sebagai Pembina bisa tahu bahwa ada yang salah dari cara penyampaian kita sebagai pendidik, dari situ dulu kita harus introspeksi diri, dan bukan malah menyalahkan keadaan, keadaan seorang anak apalgi diusia siaga dan galang itu sangat sulit untuk kita cari tahu asal usulnya, maka dari pramuka ini kita bisa melakukan beberapa metode yang dapat menghadirkan kenyaman terhadap anak, pembelajaran baik yang dapat diingat anak, bahkan sampai dapat dipraktekan dikehidupan ia sehari – hari itu saja sudah cukup demi tercapainya tujuan pembelajaran kepramukaan, karena walaupun bentuknya kecil, tapi saya yakin itu dapat menjamin berkurangnya pandangan negatif terhadap pramuka.              
                Pandangan selanjutnya muncul dari kubu orang tua murid yang kita sama – sama tau walaupun mereka dulu hidup dimilenial club, zaman dimana bahasanya hak asasi masih setengah dibebaskan dan dan tidak terlalu diperhatikan karena pada zaman itu semua orang percaya untuk pendidikan masih kurang, maka dianggap semua metode itu biasa saja asalkan anak memiliki keilmuan, berbudi pekerti luhur, dan disiplin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar