Pandangan
Pramuka Dalam Sistem Pendidikan
Oleh : Sihabudin Aktivis
Dalam Kepramukaan sering terdengar bahwa pramuka itu hanya
kegiatan biasa yang didalamnhya berisikan permainan dan tantangan yang cukup
seru, bagi anak – anak tingkat siaga - penggalang mereka banyak beranggapan bahwa
pramuka ini seru sekali apalagi saat mereka dihadapkan dengan kegiatan seperti
Latihan gabungan atau kunjungan kesuatu tempat dan yang paling sering kita
dengar yaitu wide game.
Ya benar
sekali kalau kegiatan ini memang sangat menarik minat, untuk anak – anak.
Kadang disela – sela kegiatan ada saja anak – anak yang tidak
mau ikut atau terbawa temannya, disini ada banyak argument tentang minat, minat
sebagai tolak ukur kita melihat dimana naluri seseorang bagaiman hasratnya akan
berlabu, kitasemua setuju tentang hal itu.
Disini
sering kita dengar tentang hasut dari teman sebangkunya, yang mana ia bilang
“jangan pramuka karena ini itu”, kita tahu asal kata itu berawal dari keadaan
yang dapat ia lihat saat pertama ia mengenal pramuka atau baru hanya mendengar
dan begitu cepat ia menyimpulkan. Nah disini bisa kita nilai bagaimana keadaan
itu akan kita kurangi, sebagai Pembina bisa tahu bahwa ada yang salah dari cara
penyampaian kita sebagai pendidik, dari situ dulu kita harus introspeksi diri,
dan bukan malah menyalahkan keadaan, keadaan seorang anak apalgi diusia siaga
dan galang itu sangat sulit untuk kita cari tahu asal usulnya, maka dari
pramuka ini kita bisa melakukan beberapa metode yang dapat menghadirkan
kenyaman terhadap anak, pembelajaran baik yang dapat diingat anak, bahkan
sampai dapat dipraktekan dikehidupan ia sehari – hari itu saja sudah cukup demi
tercapainya tujuan pembelajaran kepramukaan, karena walaupun bentuknya kecil,
tapi saya yakin itu dapat menjamin berkurangnya pandangan negatif terhadap
pramuka.
Pandangan
selanjutnya muncul dari kubu orang tua murid yang kita sama – sama tau walaupun
mereka dulu hidup dimilenial club, zaman dimana bahasanya hak asasi masih
setengah dibebaskan dan dan tidak terlalu diperhatikan karena pada zaman itu
semua orang percaya untuk pendidikan masih kurang, maka dianggap semua metode
itu biasa saja asalkan anak memiliki keilmuan, berbudi pekerti luhur, dan
disiplin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar